Nama besar Eropa sebagai gudangnya pesepakbola hebat rupanya tak membuat silau pelatih Persija Jakarta, Stefano Cugurra Teco. Pria yang kembali dipercaya menukangi tim Macan Kemayoran untuk mengarungi Liga 1 musim 2018 ini baru saja membuat keputusan cukup mengejutkan.
Ia mencoret nama Faysal Shayesteh dari skuatnya. Padahal pemain tersebut bukanlah pesepakbola kelas kacangan. Ia merupakan penggawa andalan tim nasional Afghanistan. Bahkan pernah merumput di sejumlah klub penghuni liga Eropa.
Meski demikian, Teco sang juru taktik punya alasan tersendiri mengapa menolak Faysal. Dikutip dari bola.net (3/1/2017), meski memuji permainan Faysal, namun pria asal Brasil itu lebih membutuhkan pemain di posisi lain.
“Faysal pemain bagus tapi kami butuh posisi yang beda dari dia. Dia bagus di winger kiri, dia main dua kali di uji coba, satu kali main winger, satu kali main di gelandang serang, terus dia ikut berapa kali di latihan," ujar Teco.
Tapi ada alasan lain yang melatari keputusannya. Teco seolah tak berani melakukan perubahan. Ia tak mau kehadiran Faysal justru bisa menjadi bumerang bagi tim. Skema permainan Persija bisa terpengaruh atau ikut berubah jika ada pemain baru yang masuk dan harus berusaha menyatu.
"Saya tidak mau mengubah sistem saya, sudah cocok sama tim Persija, kenapa saya harus berubah. Saya tidak mau berubah, terus saya cari yang pemain striker bukan dari winger," katanya.
Teco memang menyadari pemain yang ditolaknya itu berkualitas bagus, memliki teknik tinggi, dan punya tendangan kiri yang mantap. Tapi semua itu harus ia kesampingkan. Mungkin begitu pula terhadap catatan masa lalu Faysal.
Profil kapten Timnas berjuluk Lions of Khurasan ini pernah dipublikasikan jawapos.com (22/12/2017). Faysal yang saat ini berumur 26 tahun merupakan jebolan klub UEFA asal Belanda, FC Twente. Namun sebelumnya di usia 18 tahun atau kurun waktu 2010 hingga 2012, ia pernah direkrut klub negeri kincir angin lainnya, SC Heerenveen U-21.
Faysal kemudian tampil di Liga Bulgaria bersama PFG Etar 1924. Tak lama ia terbang ke Thailand, berlabuh di Songkhla United. Di negeri gajah putih itu ia akhirnya menemukan performa cukup apik dengan mengemas tujuh gol dalam 23 laga selama dua musim.
Namun pada Juli 2016, ia melanjutkan karier dengan menyeberang ke klub Malaysia, Pahang. Di negeri jiran ini prestasinya menurun. Faysal hanya mengemas satu gol dalam 10 pertandingan. Akhirnya ia cuma bertahan selama enam bulan.
Sempat berpindah klub di sejumlah negara, Faysal kemudian mencoba peruntungan di ibukota Indonesia. Namun Jakarta ternyata bukan rezekinya. Pencetak gol indah dari jarak hampir 50 meter saat Afghanistan melawan Turkmenistan di AFC Challenge 2014 itu harus rela balik kanan menuju bandara. Terkecuali ada klub lain yang berminat kepadanya.
Sumber:www.bola.net
Ia mencoret nama Faysal Shayesteh dari skuatnya. Padahal pemain tersebut bukanlah pesepakbola kelas kacangan. Ia merupakan penggawa andalan tim nasional Afghanistan. Bahkan pernah merumput di sejumlah klub penghuni liga Eropa.
Meski demikian, Teco sang juru taktik punya alasan tersendiri mengapa menolak Faysal. Dikutip dari bola.net (3/1/2017), meski memuji permainan Faysal, namun pria asal Brasil itu lebih membutuhkan pemain di posisi lain.
“Faysal pemain bagus tapi kami butuh posisi yang beda dari dia. Dia bagus di winger kiri, dia main dua kali di uji coba, satu kali main winger, satu kali main di gelandang serang, terus dia ikut berapa kali di latihan," ujar Teco.
Tapi ada alasan lain yang melatari keputusannya. Teco seolah tak berani melakukan perubahan. Ia tak mau kehadiran Faysal justru bisa menjadi bumerang bagi tim. Skema permainan Persija bisa terpengaruh atau ikut berubah jika ada pemain baru yang masuk dan harus berusaha menyatu.
"Saya tidak mau mengubah sistem saya, sudah cocok sama tim Persija, kenapa saya harus berubah. Saya tidak mau berubah, terus saya cari yang pemain striker bukan dari winger," katanya.
Teco memang menyadari pemain yang ditolaknya itu berkualitas bagus, memliki teknik tinggi, dan punya tendangan kiri yang mantap. Tapi semua itu harus ia kesampingkan. Mungkin begitu pula terhadap catatan masa lalu Faysal.
Profil kapten Timnas berjuluk Lions of Khurasan ini pernah dipublikasikan jawapos.com (22/12/2017). Faysal yang saat ini berumur 26 tahun merupakan jebolan klub UEFA asal Belanda, FC Twente. Namun sebelumnya di usia 18 tahun atau kurun waktu 2010 hingga 2012, ia pernah direkrut klub negeri kincir angin lainnya, SC Heerenveen U-21.
Faysal kemudian tampil di Liga Bulgaria bersama PFG Etar 1924. Tak lama ia terbang ke Thailand, berlabuh di Songkhla United. Di negeri gajah putih itu ia akhirnya menemukan performa cukup apik dengan mengemas tujuh gol dalam 23 laga selama dua musim.
Namun pada Juli 2016, ia melanjutkan karier dengan menyeberang ke klub Malaysia, Pahang. Di negeri jiran ini prestasinya menurun. Faysal hanya mengemas satu gol dalam 10 pertandingan. Akhirnya ia cuma bertahan selama enam bulan.
Sempat berpindah klub di sejumlah negara, Faysal kemudian mencoba peruntungan di ibukota Indonesia. Namun Jakarta ternyata bukan rezekinya. Pencetak gol indah dari jarak hampir 50 meter saat Afghanistan melawan Turkmenistan di AFC Challenge 2014 itu harus rela balik kanan menuju bandara. Terkecuali ada klub lain yang berminat kepadanya.
Sumber:www.bola.net

